Zanshin: Ketenangan dan Kewaspadaan

Dalam latihan seni beladiri (terutama seni beladiri yang berasal dari Jepang), sensei/pelatih seringkali memberi instruksi untuk 'zanshin' setelah kita selesai melakukan sebuah teknik --yang dimaksud teknik disini bukan hanya teknik menyerang atau bertahan tetapi juga teknik lain seperti ukemi.

Tetapi tahukah Anda apa sebenarnya zanshin itu?

Istilah zanshin (kanji: ๆฎ‹ๅฟƒ) berasal dari (tentu saja) bahasa Jepang yang secara harfiah berarti 'pikiran yang tetap/tidak berubah'. Zanshin adalah istilah yang digunakan dalam budo untuk menjelaskan keadaan pikiran yang tenang namun waspada.

Image dari pixabay.com
Zanshin adalah kondisi mental yang selalu sadar (dan waspada) bukan hanya dengan keadaan sekitar tetapi juga sadar dengan keadaan tubuh dan pikiran kita sendiri, dengan kata lain zanshin adalah kondisi mental yang siap menghadapi apapun. Tetapi sayangnya dalam gendai budo (seni beladiri modern), istilah zanshin ini dipersempit artinya menjadi 'hanya' keadaan atau postur tubuh yang siap menghadapi serangan atau siap untuk menyerang.

Di Jepang terdapat pepatah yang berbunyi: "Setelah memenangkan pertempuran, kencangkan kembali helm perang-mu". Pepatah ini berarti: pertempuran belum selesai walaupun kita sudah menang. Pertempuran selesai hanya saat kita kehilangan motivasi, saat kita kehilangan konsentrasi, saat kita berhenti memperhatikan keadaan disekitar kita, dan saat kita menjadi malas.

Dalam latihan seni beladiri, setiap kali selesai mengaplikasikan sebuah teknik (entah itu memukul, menendang, membanting, mengunci, ataupun melakukan ukemi), seringkali kita 'lupa' untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan kewaspadaan karena menganggap teknik kita sudah selesai dan 'lawan' sudah berhasil kita taklukkan. Dan kita memang berhasil --di dalam dojo.

Kita lupa bahwa keadaan di dalam dojo dan di luar dojo (pertarungan sebenarnya) sangatlah berbeda. Di dalam latihan (di dojo), rekan latihan kita akan berhenti dan tidak akan menyerang lagi setelah 'terkena' teknik yang kita aplikasikan; tetapi dalam pertarungan sebenarnya, lawan tidak akan menyerah begitu saja setelah menjadi 'korban' dari teknik kita, mereka akan terus menyerang sampai salah satu diantara Anda roboh dan nggak bisa bangun lagi.

Prinsip zanshin ini tidak hanya bisa diaplikasikan di dalam seni beladiri, prinsip ini juga bisa diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan:
  • di dunia fitness: 'pertempuran' belum selesai ketika Anda berhasil mendapatkan bentuk tubuh yang Anda inginkan. Pertempuran selesai bila Anda berhenti berlatih (karena sudah merasa puas), atau bila Anda terlalu senang kemudian berlatih secara berlebihan.
  • di dunia perdagangan: 'pertempuran' belum selesai ketika Anda berhasil melakukan penjualan dalam jumlah besar. Pertempuran selesai ketika Anda merasa puas sehingga tidak berusaha lagi untuk meningkatkan penjualan Anda.
  • di dunia blogging: pertempuran belum selesai ketika blog Anda dibaca oleh ribuan orang. Pertempuran selesai ketika Anda malas mencari ide untuk membuat artikel baru.
Musuh Anda --di semua bidang kehidupan-- bukanlah kegagalan ataupun keberhasilan. Musuh Anda adalah kebosanan, kurangnya konsentrasi, kelelahan, serta rasa malas. Musuh Anda adalah kurangnya komitmen dan tidak mau menjalani proses karena proses adalah segalanya.

8 Aspek dari Zanshin
Di dalam zanshin terdapat 8 aspek yang --jika dilihat sekilas-- sangat aplikatif dalam seni beladiri, tetapi jika kita mau melihat lebih dalam, aspek-aspek tersebut juga bisa di aplikasikan di dalam semua bidang kehidupan.

#1. Postur (shisei)
Bagaimana kita menempatkan dan menggerakkan tubuh kita. Tetap tenang dan santai namun siap menghadapi apapun juga.

#2. Pandangan mata (metsuke)
Perhatikan keadaan di sekitar kita, perhatikan semua hal, perhatikan semua orang, dan tetaplah waspada.

#3. Jarak (maai)
Aspek ini jelas sangat aplikatif dalam seni beladiri, walaupun juga sama aplikatifnya dalam kehidupan. Ini seperti 'area pribadi' yang tidak boleh diganggu. Kita harus memilih siapa dan seberapa dekat seseorang bisa mendekati kita. Kita harus tahu seberapa dekat kita harus berhenti dan jarak antara kendaraan kita dengan kendaraan di depan kita.

#4. Tenaga yang harmonis (kiai)
Kita harus selalu mengharmoniskan tenaga dari tubuh, jiwa, dan pikiran kita dalam melakukan segala sesuatu.

#5. Ki-musubi
Hubungan dengan 'dunia' di dalam diri kita, seberapa banyak perhatian yang kita berikan terhadap apa yang terjadi di dalam diri kita. Dan bukan hanya pikiran, perasaan atau emosi, tetapi juga apa yang dirasakan oleh tubuh kita.

#6. Fokus (kime)
Jangan membuang-buang tenaga Anda, fokuskan pikiran dan perasaan Anda pada satu hal saja. Fokus pada apa yang Anda lakukan saat ini. Di dalam seni beladiri misalnya, Anda tidak boleh memikirkan masalah di luar tempat latihan (dojo) ketika sedang berlatih. Hal ini sangat mudah untuk dikatakan tetapi akan sangat sulit untuk dilakukan. Inilah gunanya sazen (meditasi), menenangkan dan 'menata' pikiran Anda.

#7. Intisari dari teknik (riai)
Seringkali kita ingin menguasai banyak hal sekaligus. Di dalam seni beladiri, kita ingin menguasai banyak teknik/jurus baru dalam waktu singkat, tetapi kita lupa bahwa kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas. Lebih baik kita benar-benar menguasai intisari dari satu teknik dari pada menguasai banyak teknik tetapi hanya 'luarnya' saja.

#8. Intuisi (kanken)
Aspek ini menyatukan ke-tujuh aspek di atas. Misalnya Anda tidak akan bisa mempertahankan postur tubuh yang bagus (aspek #1) bila Anda tidak memperhatikan tubuh Anda sendiri (aspek #5).

Demikian yang bisa saya bagikan, semoga bermanfaat.        

Thanks for reading Zanshin: Ketenangan dan Kewaspadaan. Please share...!

About dudundeden

Previous
« Prev Post
    Blogger Comment
    Facebook Comment

No Spam, Please...!