Zen dan Seni Beladiri

Sore itu saya sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerja.

Saat mendekati sebuah perempatan jalan, saya melihat lampu lalu lintas yang menyala hijau dan masih tersisa sekitar 10 detik sebelum lampu tersebut berubah nyalanya menjadi merah. Jarak yang tinggal sekitar 100 meter membuat saya yakin saya bisa menghindari lampu merah dengan menambah kecepatan motor saya.

Di luar dugaan, pengendara motor di depan saya --tanpa alasan yang jelas-- tiba-tiba menghentikan kendaraannya. Saya yang kaget langsung mengerem, tetapi kondisi jalan yang licin karena hujan membuat saya kehilangan kontrol dan terjatuh bersama dengan motor saya. Untungnya saya tidak mengalami cedera yang cukup berarti, hanya mengalami sedikit lecet di lengan sebelah kanan.

Tetapi yang membuat saya heran (dan juga sedikit takut), tidak ada rasa tegang dan detak jantung saya juga tidak mengalami peningkatan, padahal saya baru saja mengalami kejadian yang cukup menegangkan.

Setelah sampai di rumah, saya baru sadar bahwa ketenangan saya itu adalah berkat latihan meditasi yang sudah saya lakukan selama 2 bulan lebih sebelum kejadian tersebut di atas terjadi.

----------

Meditasi, atau yang dalam Jepang disebut dengan sazen, adalah praktek 'menenangkan pikiran' yang dilakukan oleh para penganut ajaran Zen Budhisme. Tetapi saya tidak akan mengulas tentang apa itu meditasi karena saya sudah pernah membahasnya disini. Di artikel ini saya akan sedikit membahas tentang ajaran Zen dan hubungannya dengan seni beladiri.

Menurut yang saya baca dari sensei Wikipedia, Zen adalah salah satu aliran Budha Mahayana. Kata Zen adalah bahasa Jepang yang berasal dari bahasa mandarin "Chan". Kata "Chan" sendiri berasal dari bahasa Pali "jhana" atau bahasa Sanskerta dhyana. Dalam bahasa Vietnam, Zen dikenal sebagai “thiแปn” dan dalam bahasa Korea dikenal sebagai “seon”.

Jhana atau Dhyฤna adalah sebuah kondisi batin yang terpusat yang ditemui dalam meditasi. Meski secara semantik, kata Chan sendiri berasal dari kata ‘dhyฤna’ (Sansekerta) atau ‘jhana’ (Pali). Zen tidak bertujuan pada pencapaian jhana. Ini sekedar menunjukkan bahwa ajaran Zen sangat menekankan pada aspek meditasi atau samadhi.

Ajaran Zen ini pada mulanya disebarkan ke negeri Cina pada jaman dinasti Tang oleh seorang pendeta Budha yang berasal dari India bernama Bodhidharma (atau Daruma dalam bahasa Jepang). Dari Cina, ajaran ini kemudian menyebar ke Vietnam, Korea, dan Jepang.
Image dari pixabay.com
Ajaran Zen mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bugei (seni beladiri kuno) di Jepang karena pada dasarnya, Zen dan seni beladiri mempunyai "jiwa" dan tujuan yang sama.

Ribuan tahun lalu di Jepang, Zen mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan seni beladiri seperti kendo (atau nama bugei-nya kenjutsu), kyudo (kyujutsu), judo (jujutsu), aikido, dan karate.

Di masa feodal Jepang, Zen dan pendekar samurai mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan bisa dibilang bahwa Zen adalah "agama resmi" dari para pendekar samurai di masa itu. Konon para pendekar samurai mencapai kesempurnaan dalam seni beladiri seperti kyujutsu, kenjutsu, dan jujutsu melalui praktek sazen (meditasi Zen).

Zen sangat ideal bagi jalan hidup samurai yang menekankan pada pengendalian diri, serta keberanian dan ketenangan menghadapi kematian. Samurai terbesar Jepang, Miyamoto Musashi, juga adalah penganut ajaran Zen.

Zen mengajarkan kepada para samurai untuk selalu menyadari dan "dekat" dengan kematian, dan menekankan kepada mereka untuk melepaskan diri dari ikatan duniawi.

Kalau Anda pernah mendengar tentang konsep bushido, ajaran Zen adalah "hati" dan "jiwa" dari konsep tersebut.

Di dunia modern sekarang ini, banyak sekali orang yang berlatih seni beladiri hanya "luarnya" saja dan terlalu menekankan pada sisi sport-nya serta melupakan Zen dan konsep bushido sebagai dasarnya.

Tanpa dasar Zen, akan sangat sulit bagi kita untuk berkembang dalam seni beladiri. Yang saya maksud berkembang disini bukanlah berkembang dalam teknik-teknik seni beladiri --karena tanpa dasar Zen pun, kita masih bisa berkembang asalkan kita tekun berlatih. Yang saya maksud berkembang disini adalah perkembangan diri kita menjadi manusia yang lebih baik.

Banyak sekali ajaran Zen yang diadopsi ke dalam gendai budo (seni beladiri modern) seperti rei, samu, kyaka shoko, dan tentu saja sazen.

Tanpa dasar Zen, seni beladiri hanya akan menjadi aktivitas olahraga "biasa" seperti halnya sepakbola dan tenis.

Dan tidak... saya tidak anti dengan olahraga. Tidak ada yang salah dengan olahraga, tetapi tujuan dari aktivitas olahraga --yang "hanya" bertujuan untuk kebugaran badan dan berfungsi sebagai semacam "hiburan"-- sangat berbeda dengan tujuan dari seni beladiri.

Tujuan seni beladiri adalah untuk membangun karakter, penguasaan diri, serta untuk berkembang secara mental spiritual. Memang terdengar muluk-muluk, tetapi itulah tujuan awal dari seni beladiri, seperti yang dikatakan oleh Chojun Miyagi --salah seorang master karate yang membawa seni beladiri ini dari Okinawa ke Jepang: "The ultimate aim of karate (and martial arts in general) is to built character, conquer human misery, and find spiritual freedom".

Thanks for reading Zen dan Seni Beladiri. Please share...!

About dudundeden

Previous
« Prev Post
    Blogger Comment
    Facebook Comment

No Spam, Please...!