Seni beladiri lebih dari sekedar seni untuk membela diri atau seni untuk 'berkelahi', lebih dari itu, seni beladiri adalah alat untuk membangun karakter, moral, dan etika, serta membentuk pribadi yang kuat fisik maupun mental.
Seni beladiri tidak mengajarkan praktisinya menjadi seorang yang hobi berkelahi, seni beladiri justru mengajarkan praktisinya untuk menghindari kekerasan; dan bila memang harus dengan sangat terpaksa menggunakan kekerasan, kekerasan tersebut hanya digunakan untuk membela apa yang menurutnya benar serta bagi kepentingan orang banyak, tidak hanya untuk kepentingannya sendiri.
Karena itu di dalam seni beladiri biasanya terdapat semacam aturan/prinsip yang harus dipahami dan dipatuhi oleh para praktisinya. Di artikel kali ini saya akan membahas prinsip atau 'aturan' dari salah satu seni beladiri asal Jepang yaitu Shorinji Kempo.
Bila di karate ada Niju-kun atau 20 prinsip dasar, di Shorinji Kempo ada "Shorinji Kempo no Tokucho" atau yang dikenal di Indonesia sebagai "6 karakteristik Shorinji Kempo". Keenam prinsip ini berakar pada filosofi Zen Budhisme atau Kongo Zen dan mencerminkan Shorinji Kempo dan karakternya sebagai seni beladiri.
Keenam prinsip tersebut adalah:
Ken zen ichinyo (ken dan zen dalam satu tubuh), riki ai funi (harmonisasi cinta dan kekuatan), shushu koju (bertahan diutamakan, menyerang disesuaikan), fusatsu katsujin (tidak membunuh namun menguatkan), go ju ittai (keras dan lembut bersama-sama), kumite shutai (berlatih berpasangan diutamakan).
Riki ai funi menjelaskan cara hidup dan cara bertindak. Ken zen ichinyo menjelaskan metode latihan untuk bisa hidup secara 'riki ai funi'. Di dalam proses latihan, shushu koju dan fusatsu katsujin adalah cara untuk menggunakan teknik beladiri dengan benar; sedangkan go ju ittai dan kumite shutai merupakan karakteristik dari teknik-teknik tersebut.
Ken zen ichinyo
Salah satu karakteristik Shorinji Kempo adalah "tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan" (ken zen ichinyo). Ken zen ichinyo menekankan bahwa seseorang tidak boleh hanya melatih aspek fisik atau aspek spiritual saja, tetapi harus melatih keduanya. "Zen adalah tentang hati dan pikiran", kata Doshin So -pencipta Shorinji Kempo, "Tetapi keduanya (hati dan pikiran) berada di dalam tubuh. Jika tubuh tidak sehat, maka jiwa seseorang juga akan ikut 'sakit', dan bagaimanapun baiknya seseorang menjaga kesehatan hati dan pikirannya, tubuh tetap bisa terkena sakit dan penyakit. Tubuh dan jiwa saling berkaitan erat, karena itu kita harus melatih keduanya sebagai satu kesatuan".
Doshin So menekankan bahwa seseorang tidak bisa bergantung hanya pada kekuatan spiritual/jiwa saja. Doshin So memang pernah menyatakan bahwa dirinya berjuang melawan penyakit jantung -yang dideritanya sejak masa muda- dengan kekuatan spiritual/jiwa, tetapi kekuatan spiritual/jiwa tersebut bukan hanya sekedar sebuah 'perasaan' tapi juga tindakan (Doshin So berlatih seni beladiri sejak kecil bersama dengan kakeknya). Doshin So menegaskan bahwa kekuatan spiritual/jiwa saja tidak akan menyelesaikan apapun.
Lalu bagaimana pandangan Doshin So terhadap latihan fisik?
"Jika kita menggunakan teknik-teknik Shorinji Kempo hanya untuk pamer kekuatan, latihan fisik (baca: teknik) kita tidak ada nilainya sama sekali". Pernyataan ini menegaskan bahwa Doshin So menentang kemenangan (dalam perkelahian) sebagai tolok ukur kemampuan, dirinya juga menentang latihan yang hanya terfokus pada membangun kondisi fisik tertentu untuk mencapai tujuan tersebut.
Doshin So menentang keras latihan yang hanya terfokus pada aspek fisik atauspiritual saja. Lebih jauh lagi, Doshin So memperluas ruang lingkup ken zen ichinyo tidak hanya mengenai hubungan antara fisik dan mental tetapi juga hubungan antara pikiran dan tindakan.
"Tidak cukup jika kita hanya memikirkan atau merasakan sesuatu. Bila kita tidak mengambil tindakan, pikiran dan perasaan tersebut tidak akan ada artinya. Jika kita merasa sesuatu itu benar, lakukanlah. Jika kita merasa sesuatu itu salah, jangan lakukan". Ini berarti bahwa cara hidup kenshi (praktisi Shorinji Kempo) adalah memperlakukan tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan, serta tidak hanya berpikir dan merasa namun juga mengambil tindakan atas pikiran dan perasaan tersebut.
Riki ai funi
Karakteristik Shorinji Kempo berikutnya adalah "riki ai funi" yang berarti kasih sayang dan kekuatan menjadi satu, yang secara jelas tergambar dalam falsafah "Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kedzaliman". Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar karena saya sudah pernah membahasnya disini.
Shushu koju
Karakteristik ketiga adalah shushu koju yang berarti bertahan diutamakan menyerang (balik) disesuaikan. Doshin So: "Kita tidak membutuhkan orang yang kuat, yang kita butuhkan adalah orang yang tidak mau menyerah kalah".
Shorinji Kempo -yang berakar dari ajaran Zen Budhisme- adalah seni untuk membela diri, untuk melindungi tubuh dan diri kita dari dari lawan yang berniat buruk. Shorinji Kempo terdiri atas sekumpulan teknik yang hampir semuanya dimulai dari posisi bertahan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melindungi tubuh kita.
Tujuan kita membela diri bukanlah untuk mengalahkan lawan, tujuan kita 'hanyalah' untuk tidak kalah. Untuk membela diri, kita tidak harus menang, yang penting adalah kita tidak boleh kalah. Bila kita mendapat serangan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghindari serangan tersebut: menangkis pukulan/tendangan; atau bila lawan melakukan cengkeraman (menarik ataupun mendorong), penting untuk bisa bertahan dari cengkeraman tersebut tanpa kehilangan keseimbangan dan atau kuda-kuda. Setelah tubuh kita 'selamat', barulah kita melakukan serangan balik seperlunya dan seefektif mungkin. Idealnya adalah kita melakukan gerakan bertahan dan menyerang balik dalam waktu yang bersamaan.
Fusatsu katsujin
Seperti yang saya jelaskan di poin shushu koju, Shorinji Kempo adalah seni untuk membela diri dari lawan yang berniat buruk. Untuk membela diri, kita tidak perlu membunuh atau mencederai lawan, kita hanya perlu 'membunuh' semangatnya untuk melanjutkan perkelahian. Istilah "ichi shigeki" (satu serangan satu nyawa) tidak berlaku dalam Shorinji Kempo.
Fusatsu katsujin ini dulunya diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai "tidak membunuh dan tidak menyakiti" tetapi sekarang arti tersebut bergeser menjadi "tidak membunuh namun menguatkan". Fusatsu katsujin bukan hanya sekedar melumpuhkan lawan; menghentikan ketidakbenaran dan meyakinkan lawan untuk tidak melakukannya lagi, itulah inti dari fusatsu katsujin.
"Seseorang yang 'menang' dengan cara berkelahi, belum bisa disebut sebagai pemenang. Untuk benar-benar meraih kemenangan, kita harus bisa meyakinkan orang lain". Doshin So juga menambahkan: "Jika seseorang ingin membunuh orang lain, ada banyak cara untuk melakukannya. Tetapi untuk membuat seseorang benar-benar hidup, memberikan semangat kepada orang lain untuk menjalani dan menikmati hidup, dan juga menerima hal yang sama -itulah 'jalan' Shorinji Kempo". Itulah fusatsu katsujin.
Goju Ittai
Shorinji Kempo adalah seni untuk membela diri dari lawan yang berniat buruk. Yang perlu diingat, situasi dan serangan dari lawan selalu berubah-ubah. Teknik-teknik dalam Shorinji Kempo bisa diaplikasikan dalam berbagai situasi.
Secara garis besar, teknik-teknik dalam Shorinji Kempo bisa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu "goho" dan "juho". Goho (teknik keras) terpusat pada gerakan menendang, memukul, dan atau menangkis, sedangkan juho (teknik lembut) terpusat pada gerakan kuncian, lepasan, elakan, dan atau bantingan. Di dalam Shorinji Kempo, goho dan juho digunakan tergantung pada situasi. Misalnya seseorang mencengkeram kerah baju Anda, tidak mungkin Anda langsung melakukan goho dan memukul lawan; demikian juga halnya saat Anda diserang dengan serangkaian pukulan yang bertubi-tubi, bertahan dengan juho saja tidak akan cukup.
Doshin So: "Strategi adalah hal yang selalu berubah", untuk menjelaskan penggunaan 'lembut' dan 'keras' dalam merespon serangan lawan. Lebih jauh, Doshin So tidak membatasi goho dan juho sebatas pada teknik fisik beladiri saja, "Intisari Shorinji Kempo adalah sesuatu yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari".
Kumite shutai
Di dalam Shorinji Kempo, latihan berpasangan sangat diutamakan. Bukan berarti kita tidak bisa berlatih seorang diri, kita tetap bisa melakukan kihon (latihan dasar) dan tan'en hokei (ken -semacam kata dalam karate) tanpa berpasangan dengan rekan latihan. Tetapi untuk latihan waza (teknik), mutlak harus ada pasangan.
Bila berlatih seorang diri, kita tidak akan bisa melatih maai dan timing, lagipula tidak mungkin kita berlatih teknik bantingan dan atau kuncian bila tidak ada rekan latihan yang menjadi 'korbannya' [dan sebaliknya tidak mungkin rekan latihan Anda berlatih teknik bantingan dan atau kuncian bila tidak ada Anda yang menjadi 'korbannya']. Anda bisa membaca penjelasan yang lebih lengkap disini.
Itulah dia "Shorinji Kempo no Tokucho" atau yang lebih dikenal sebagai "Enam karakteristik Shorinji Kempo.
Semoga bermanfaat.
Seni beladiri tidak mengajarkan praktisinya menjadi seorang yang hobi berkelahi, seni beladiri justru mengajarkan praktisinya untuk menghindari kekerasan; dan bila memang harus dengan sangat terpaksa menggunakan kekerasan, kekerasan tersebut hanya digunakan untuk membela apa yang menurutnya benar serta bagi kepentingan orang banyak, tidak hanya untuk kepentingannya sendiri.
Karena itu di dalam seni beladiri biasanya terdapat semacam aturan/prinsip yang harus dipahami dan dipatuhi oleh para praktisinya. Di artikel kali ini saya akan membahas prinsip atau 'aturan' dari salah satu seni beladiri asal Jepang yaitu Shorinji Kempo.
|  | 
| Image dari pixabay.com | 
Keenam prinsip tersebut adalah:
Ken zen ichinyo (ken dan zen dalam satu tubuh), riki ai funi (harmonisasi cinta dan kekuatan), shushu koju (bertahan diutamakan, menyerang disesuaikan), fusatsu katsujin (tidak membunuh namun menguatkan), go ju ittai (keras dan lembut bersama-sama), kumite shutai (berlatih berpasangan diutamakan).
Riki ai funi menjelaskan cara hidup dan cara bertindak. Ken zen ichinyo menjelaskan metode latihan untuk bisa hidup secara 'riki ai funi'. Di dalam proses latihan, shushu koju dan fusatsu katsujin adalah cara untuk menggunakan teknik beladiri dengan benar; sedangkan go ju ittai dan kumite shutai merupakan karakteristik dari teknik-teknik tersebut.
Ken zen ichinyo
Salah satu karakteristik Shorinji Kempo adalah "tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan" (ken zen ichinyo). Ken zen ichinyo menekankan bahwa seseorang tidak boleh hanya melatih aspek fisik atau aspek spiritual saja, tetapi harus melatih keduanya. "Zen adalah tentang hati dan pikiran", kata Doshin So -pencipta Shorinji Kempo, "Tetapi keduanya (hati dan pikiran) berada di dalam tubuh. Jika tubuh tidak sehat, maka jiwa seseorang juga akan ikut 'sakit', dan bagaimanapun baiknya seseorang menjaga kesehatan hati dan pikirannya, tubuh tetap bisa terkena sakit dan penyakit. Tubuh dan jiwa saling berkaitan erat, karena itu kita harus melatih keduanya sebagai satu kesatuan".
Doshin So menekankan bahwa seseorang tidak bisa bergantung hanya pada kekuatan spiritual/jiwa saja. Doshin So memang pernah menyatakan bahwa dirinya berjuang melawan penyakit jantung -yang dideritanya sejak masa muda- dengan kekuatan spiritual/jiwa, tetapi kekuatan spiritual/jiwa tersebut bukan hanya sekedar sebuah 'perasaan' tapi juga tindakan (Doshin So berlatih seni beladiri sejak kecil bersama dengan kakeknya). Doshin So menegaskan bahwa kekuatan spiritual/jiwa saja tidak akan menyelesaikan apapun.
Lalu bagaimana pandangan Doshin So terhadap latihan fisik?
"Jika kita menggunakan teknik-teknik Shorinji Kempo hanya untuk pamer kekuatan, latihan fisik (baca: teknik) kita tidak ada nilainya sama sekali". Pernyataan ini menegaskan bahwa Doshin So menentang kemenangan (dalam perkelahian) sebagai tolok ukur kemampuan, dirinya juga menentang latihan yang hanya terfokus pada membangun kondisi fisik tertentu untuk mencapai tujuan tersebut.
Doshin So menentang keras latihan yang hanya terfokus pada aspek fisik atauspiritual saja. Lebih jauh lagi, Doshin So memperluas ruang lingkup ken zen ichinyo tidak hanya mengenai hubungan antara fisik dan mental tetapi juga hubungan antara pikiran dan tindakan.
"Tidak cukup jika kita hanya memikirkan atau merasakan sesuatu. Bila kita tidak mengambil tindakan, pikiran dan perasaan tersebut tidak akan ada artinya. Jika kita merasa sesuatu itu benar, lakukanlah. Jika kita merasa sesuatu itu salah, jangan lakukan". Ini berarti bahwa cara hidup kenshi (praktisi Shorinji Kempo) adalah memperlakukan tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan, serta tidak hanya berpikir dan merasa namun juga mengambil tindakan atas pikiran dan perasaan tersebut.
Riki ai funi
Karakteristik Shorinji Kempo berikutnya adalah "riki ai funi" yang berarti kasih sayang dan kekuatan menjadi satu, yang secara jelas tergambar dalam falsafah "Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kedzaliman". Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar karena saya sudah pernah membahasnya disini.
Shushu koju
Karakteristik ketiga adalah shushu koju yang berarti bertahan diutamakan menyerang (balik) disesuaikan. Doshin So: "Kita tidak membutuhkan orang yang kuat, yang kita butuhkan adalah orang yang tidak mau menyerah kalah".
Shorinji Kempo -yang berakar dari ajaran Zen Budhisme- adalah seni untuk membela diri, untuk melindungi tubuh dan diri kita dari dari lawan yang berniat buruk. Shorinji Kempo terdiri atas sekumpulan teknik yang hampir semuanya dimulai dari posisi bertahan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melindungi tubuh kita.
Tujuan kita membela diri bukanlah untuk mengalahkan lawan, tujuan kita 'hanyalah' untuk tidak kalah. Untuk membela diri, kita tidak harus menang, yang penting adalah kita tidak boleh kalah. Bila kita mendapat serangan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghindari serangan tersebut: menangkis pukulan/tendangan; atau bila lawan melakukan cengkeraman (menarik ataupun mendorong), penting untuk bisa bertahan dari cengkeraman tersebut tanpa kehilangan keseimbangan dan atau kuda-kuda. Setelah tubuh kita 'selamat', barulah kita melakukan serangan balik seperlunya dan seefektif mungkin. Idealnya adalah kita melakukan gerakan bertahan dan menyerang balik dalam waktu yang bersamaan.
Fusatsu katsujin
Seperti yang saya jelaskan di poin shushu koju, Shorinji Kempo adalah seni untuk membela diri dari lawan yang berniat buruk. Untuk membela diri, kita tidak perlu membunuh atau mencederai lawan, kita hanya perlu 'membunuh' semangatnya untuk melanjutkan perkelahian. Istilah "ichi shigeki" (satu serangan satu nyawa) tidak berlaku dalam Shorinji Kempo.
Fusatsu katsujin ini dulunya diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai "tidak membunuh dan tidak menyakiti" tetapi sekarang arti tersebut bergeser menjadi "tidak membunuh namun menguatkan". Fusatsu katsujin bukan hanya sekedar melumpuhkan lawan; menghentikan ketidakbenaran dan meyakinkan lawan untuk tidak melakukannya lagi, itulah inti dari fusatsu katsujin.
"Seseorang yang 'menang' dengan cara berkelahi, belum bisa disebut sebagai pemenang. Untuk benar-benar meraih kemenangan, kita harus bisa meyakinkan orang lain". Doshin So juga menambahkan: "Jika seseorang ingin membunuh orang lain, ada banyak cara untuk melakukannya. Tetapi untuk membuat seseorang benar-benar hidup, memberikan semangat kepada orang lain untuk menjalani dan menikmati hidup, dan juga menerima hal yang sama -itulah 'jalan' Shorinji Kempo". Itulah fusatsu katsujin.
Goju Ittai
Shorinji Kempo adalah seni untuk membela diri dari lawan yang berniat buruk. Yang perlu diingat, situasi dan serangan dari lawan selalu berubah-ubah. Teknik-teknik dalam Shorinji Kempo bisa diaplikasikan dalam berbagai situasi.
Secara garis besar, teknik-teknik dalam Shorinji Kempo bisa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu "goho" dan "juho". Goho (teknik keras) terpusat pada gerakan menendang, memukul, dan atau menangkis, sedangkan juho (teknik lembut) terpusat pada gerakan kuncian, lepasan, elakan, dan atau bantingan. Di dalam Shorinji Kempo, goho dan juho digunakan tergantung pada situasi. Misalnya seseorang mencengkeram kerah baju Anda, tidak mungkin Anda langsung melakukan goho dan memukul lawan; demikian juga halnya saat Anda diserang dengan serangkaian pukulan yang bertubi-tubi, bertahan dengan juho saja tidak akan cukup.
Doshin So: "Strategi adalah hal yang selalu berubah", untuk menjelaskan penggunaan 'lembut' dan 'keras' dalam merespon serangan lawan. Lebih jauh, Doshin So tidak membatasi goho dan juho sebatas pada teknik fisik beladiri saja, "Intisari Shorinji Kempo adalah sesuatu yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari".
Kumite shutai
Di dalam Shorinji Kempo, latihan berpasangan sangat diutamakan. Bukan berarti kita tidak bisa berlatih seorang diri, kita tetap bisa melakukan kihon (latihan dasar) dan tan'en hokei (ken -semacam kata dalam karate) tanpa berpasangan dengan rekan latihan. Tetapi untuk latihan waza (teknik), mutlak harus ada pasangan.
Bila berlatih seorang diri, kita tidak akan bisa melatih maai dan timing, lagipula tidak mungkin kita berlatih teknik bantingan dan atau kuncian bila tidak ada rekan latihan yang menjadi 'korbannya' [dan sebaliknya tidak mungkin rekan latihan Anda berlatih teknik bantingan dan atau kuncian bila tidak ada Anda yang menjadi 'korbannya']. Anda bisa membaca penjelasan yang lebih lengkap disini.
Itulah dia "Shorinji Kempo no Tokucho" atau yang lebih dikenal sebagai "Enam karakteristik Shorinji Kempo.
Semoga bermanfaat.
Thanks for reading Shorinji Kempo no Tokucho. Please share...!
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
No Spam, Please...!